Minggu, 24 Oktober 2021

Aku adalah perempuan 

Makanya ia bilang aku cantik 

Dan mereka memerhatikan segala gerak-gerik 

Makanya mereka bilang aku cantik 


Aku perempuan yang punya banyak kekurangan

Makanya ia bantu dan ulurkan tangan 

Dan mereka sungguh tertarik dengan wajah dan perawakan 

Makanya mereka bilang aku bidadari turun dari kayangan 


Ketika suatu hari aku menerima uluran tangan yang ia julurkan

Aku sadar aku perempuan dengan perasaan

Lalu perasaan bercampur aduk bagai warna 

Warna bercampur aduk bagai kotoran

Warna dan kotoran sama-sama membingungkan 


Ketika perasaan dikaitkan dengan keadaan

Tak ada yang masuk akal 

Karena yang masuk akal ialah pikiran 

Dan pikiran hilang 

Ketika perasaan diguncang 

Pikiran tidak menetap 

Persis manusia yang suka berlalu-lalang


Apalah artinya perasaan begitu dalam 

Sedalam samudera dan tubuhku adalah luapan emosi?

Apalah artinya bertukar pikiran dan angan begitu sering 

Ketika terciprat air saja lengah, terguncang ombak saja pindah? 


Ia itu salah ketika jatuh cinta pada wajah 

Jatuh cinta itu pada perasaan 

Karena perasaan itu melimpah dan merekah 

Masa jatuh cinta pada pandangan? 

Perempuan memang hakikatnya indah 

Kalau Ia sadar, perempuan itu ada di seluruh penjuru ruangan 

Ruangan penuh dengan cermin dan rayuan 

Ketika aku tatap lagi wajahku, tubuhku, di antara pantulan bayangan di cermin 

Mataku rembulan yang merembes air banjir; 

Bulat dan ketika bertemu cahaya matahari panas bak lava merah mengalir sekujur tubuh 

Aku tak penuh; 

Tak utuh 

Selasa, 08 Juni 2021

 Hari ini aku nangis karena papa. Biasanya papa selalu jadi tokoh jahat dalam cerita-cerita aku. Tapi sejak papa sakit aku sering keinget kebaikan-kebaikan yang pernah papa lakukan buat aku. Waktu awal-awal papa sakit, aku bulak-balik ke rumah sakit nemenin papa tindakan. Aku selalu capek kalo harus nemenin papa. Aku ngerasa sibuk banget dengan diri sendiri sampe nemenin papa aja aku ngeluh terus. 

 

Suatu hari aku nungguin papa pasang selang yang lamaaa banget. Waktu itu caregivernya papa kayanya di tempat lain. Entah kenapa pada saat itu aku yang dipanggil untuk langsung nemuin papa. Waktu aku masuk ruangan, papa banyak minta. Tapi ya aku turutin aja sih, aku ga ngeluh juga. Tiba-tiba papa nanya-nanya perihal kuliah jadi aku harus diem di samping papa yang terbaring di kasur, kesulitan bicara. Kayanya waktu itu adalah pertama kalinya aku natap mata papa tanpa emosi meluap-luap dalam diri aku dan yang aku lihat cuma mata papa yang jernih dan coklat muda. Aku gak pernah tau warna mata papa sampe saat itu. Aku gak nyangka dalam hidup aku, aku gak pernah memandang papa tanpa rasa marah. Aku jadi berpikir untuk maafin papa, untuk lupain apa yang pernah papa lakuin ke kita semua. Kalau dari mata papa, kayanya papa menyesal akan banyak hal. Kayanya papa dihantui hal-hal yang gak bisa dia ubah dalam hidup ini. 

 

Hidup aku berjalan gitu aja. Aku gak menentukan apakah aku benar-benar maafin papa atau aku cuma ngelupain semuanya aja. Apakah aku benar-benar maafin papa atau aku kasihan sama papa yang terbaring di kasur selama berbulan-bulan. Yang jelas aku udah berdamai sama masalah-masalah itu. Aku udah gak mikirin masa lalu juga. Aku malah fokus ngurusin urusan perkuliahan yang padet sampe-sampe ngunjungin papa yang hidup di kamar lantai 1 aja gak kepikiran. Sampe suatu hari yang paling random, papa manggil aku. Aku gak denger awalnya. Tapi supir aku bilang kalo papa aku manggil aku. Aku udah curiga papa bakal marah-marah atau ngeluh karena penyakitnya. Gak jarang juga papa bilang mau mati aja. Jadi aku udah mikir ke arah sana. Tiba-tiba pas aku dateng papa nangis-nangis dan berusaha ngomong sesuatu, tapi aku gak ngerti. Dia nangis-nangis sambil megang kepalanya frustrasi. Tiba-tiba aku denger secara samar papa bilang “tahu.” Kebetulan aku liat di kulkas emang ada tahu, jadi aku langsung tanya, “Papa mau makan tahu?” tiba-tiba papaku nangis lagi. Aku sendiri juga bingung karena papa ngomongnya gak jelas sambil nangis. Tiba-tiba papa narik rambut aku sambil ngomong, yang aku bisa denger cuma “tahu.” Ternyata papa nanya ke aku “Gina mau makan tahu? Di kulkas ada 3.” Mataku langsung berkaca-kaca. Papa masih nangis. Tapi aku masih bingung, kenapa aku ditawarin makan tahu? Jadi aku coba mastiin apakah papa nawarin aku makan tahu, tapi papa makin nangis jadi aku pegang tangannya dan aku bilang ke papa untuk jangan nangis. Semoga semua orang di dunia ini bisa memaafkan papa, semoga papa bisa memaafkan semua orang di dunia ini. Aku tahu ada orang yang jahat sama papa dan keluarga kita, tapi musibah datangnya dari Allah kalo kata papa.

Kamis, 31 Desember 2020

I didn’t look at your eyes

Because I was looking at your face  

You were so busy talking on the phone 

Not realizing how I was looking 

I had the best time seeing you

Taking care of me 


(I'm sorry this wasn't a poem) 

Minggu, 17 Mei 2020



Jardin Du Grasse

Maybe there will be air blowing both of our hairs when our eyes meet
Maybe the sky will be clear and the birds will fly home
Maybe there’s this one time when time itself will stop and I can hear my own breath
Maybe there will be dews in my eyes that aren’t tears
Maybe the sun will be red and my sight will be pink;

And when our eyes meet again after we blink
Maybe there will be dews in your eyes that aren’t tears
And maybe the first time the air that blows us flows into our lungs,
We will smell flowers as we are standing at the garden
And maybe the birds will just roam the earth and sing
Maybe time will tick so loud but I will hear the sound of your heart
Maybe this time the sun will be pink and my sight will be red;

Until the flower blooms with a scent
The scent of spring and of roses that fall
The scent that attracts the bees
The bees that are us 
You and I bare feet on the grass;

I will wait
And maybe you will too

Selasa, 04 Februari 2020

Aku tahu pasti ada jalan di ujung sana
Berembun dan sepi suara
Tetapi penuh akan ambisi
dan badan-badan yang pernah mati
Jiwa-jiwa yang masih peduli
Langkah kaki yang terkendali
Aku sedikit lagi ke arah nirwana
bergurau mengingat segala kelana
kepuasan yang dibayar di sana
aku tidak sabar menembus awan
agar kakiku menapak di ujung sana
Berembun dan sepi suara
berembun di kedua mata
menangis-nangis bahagia
badan itu hidup
jiwa itu peduli
awan itu lembut
nirwana itu abadi


She is with her black hair 
eyes
courage 
running in between deadlines 
of feeding me 
growing weeds 
reading books
trying to get me out my cave
trying to know me 
trying to hold onto life
and is now 
living sad 
sometimes happy 
when I hold her back 
give her a scoop of her favorite ice cream
I'd thank her sometimes
and her eyes 
her black eyes
would go so big 
and her tears fall down her cheeks 
and she is feeling sick 
living relentlessly 
for me? 
she is trying her best 
my mom is a machine 
loaded with emotions 
it is so wrong
to let her down 

Kamis, 30 Januari 2020

I've always been so close to suicide. I would always die for any cause, but suicide. Suicide is overtly saying to my mom's face she's failed to grow purpose in me. And having myself finding my own purpose might've been her purpose to begin with. I do not find joy in life. I regretted my decisions. I let people down. People always let me down. It's something I don't understand. What is this life worth about? I got every thing. I wish I didn't. I wish I was the air sometimes. Or something that soothes or something nearly close to nothing. I want to be nothing, have nothing. I did not ask for a life.